Berpuluh-puluh jalan coba kususuri, mengintai bayang-bayangmu lewat senja di muka pintu, terkadang aku mengejar waktu, menuju ke rumah yang belum kita tuju, di sana ada matahari dan langit jingga, sementara di sini hanya hujan sedang menggila.
Kusembunyikan separuh hatiku di dalam tubuh puisi, ketika malam menyikat cahaya di paras rembulan sepi, padahal petang masih begini, mengikat kenangan di tirai pintu, sesekali angin merayu dan membuai, membujuk ingatan dengan manja, menggoda luka berkali-kali; hujan di luar masih tertawa enggan berhenti.
Kesepian ini bersambung lagi, tak pernah melepaskanku sendiri, kadang-kadang terasa menikam dadaku, sesekali seperti kematian yang belum aku tandatangani dengan rindu...
0 comments:
Post a Comment