blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Friday, April 10, 2020

MENCATAT HATI

Mengurai kesepian di sini, rindu jatuh berkali-kali di jalan-jalan yang pernah engkau tapaki yang hilang dibakar mentari.

Bukan aku  menoreh kembali kenangan, tapi hati masih mengenang, seperti ini malam jendelaku membingkai separuh bulan dan separuh langit telanjang.

Berceritalah tentang suratan, pagi yang masih bayi merengek dalam buaian sunyi, matahari masih jauh dari langit, manakala mimpi dalam perjalanan pulang, memunggah sealmari waktu kemarin ku yang tertinggal di dalam saku bajumu.

Aku masih terlentang, lampu kamar yang suram serta bayang-bayang di dinding saling menikam, dingin tak lebih dari ingatanku pada pelukan terakhirmu disini, ketika rintik-rintik hujan sayup-sayup pergi, mengiris lukaku yang mati.

Sudah biasa, aku memeluk tubuhku sendiri, lalu membakar rindu di malam-malam sepi, hingga birahi terlucut dari puisi, tergeletak di ujung lipatan kertas, menjerit keras, klimaks sedih yang belum puas.

0 comments:

Post a Comment