blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Saturday, December 21, 2019

BULAN PUTIH

bulan putih pelan-pelan mengabu, langit malam pucat seribu, menggantung banyak wajahmu di antara kesepian yang kupetik di pohon-pohon kenangan sepanjang jalan.

bayang-bayang terendam, mencair bersama dinginnya malam, mengantar sekujur tubuhku di tungku, mengapikan semula mimpi yang luruh dari sepasang mataku, mati yang masih rindu.

angin selalu menyapu bisikan-bisikan di jendela dan mencuri desah ranting yang saling mencumbui hening. Hingarkan berandaku yang kehilangan hujan, kekasih kemarau yang sesat di perjalanan. Membunuh bulanku yang gigil tanpa dekapan.

sehelai kelopak malam yang kutemukan di wajah bulan, belum bulat untuk kutemukan firasat, dalam dua kali telapak tangan yang kita lipat, belum juga bulan itu segiempat, namun menenun selembar rindu tidaklah cepat, kerana aku ingin berlama-lama di dalam fikiranmu sehingga kau bisa menghitung tiap helai rambutku ketika waktu sudah tak memilih rindu ...
Read More

SEBUAH ARTI

kau menempatkan rindumu di dadaku yang kosong ...

ruang itu sepi, seperti jalan dan bangku ini yang masih ada di dalam hati, sebuah nanti pada waktu yang belum pernah berjanji untuk memberi.

mimpi-mimpi sudah menjadi daun-daun kering yang berserakan, tak menjumpai hari untuk tumbuh, bahkan sudah dilupakan tubuh setelah angin begitu keras menerjang, meleraikan putik-putik bunga di ranting malam.

begitu saja,
aku terpelanting di negeri ini, sebuah kota yang belum kutuliskan nama, di gerbangnya aku menantimu, dalam harapan-harapan baru yang langit katakan untukku.

aku hanya ingin bertanya,
puisi-puisi itu untuk siapa, meski telah membuat aku jatuh cinta, aku merasa tidak berdaya untuk memiliki artinya, seperti hujan yang selalu patah menikam tanah, aku lelaki yang selalu kalah.

jika benar kau mengartikan aku pada larik-larik indah itu, peluklah aku dengan sederhana, karena nanti setelah kau pergi, aku tidak terlalu sakit hati, luka tidak terlalu dalam, meski melupakanmu tidak mungkin bisa aku lakukan.
Read More

JALAN INI

Warna-warna yang singgah di dalam senja ...

Bersahaja lembut jingga menyapa debar, sebentar yang singgah, bertanya kabar tentang rindu di ujung sore, pada gemerlap lampu dan sisa-sisa waktu yang melekat di ujung sepatu.

Menyeret langkah, seribu warna dan kisah kubawa pulang di dalam tas merah, menyusuri jalan sepanjang kota, memuat berkeping-keping wajahmu di dalam ingatan, seperti berpuluh-puluh kamu kutemui di tiap persimpangan, memegang berkuntum-kuntum rindu di situ.
Semuanya biru.

Hari-hari yang datang dan pergi, jalan-jalan ini seperti puisi, kadang rinai hujan menikam hati dengan sebilah rindu yang lebih dari belati, kadang matahari mengeringkan daun-daun di antara jeda mimpi yang digilas roda mobil tanpa peduli.

Jalan yang ku lewati setiap hari, wajahmu yang tak terganti, di dalam remang cahaya kau mengejarku, bersilih ganti gelap dan terang, hingga kulihat bulan mulai terbang, mengikutiku pulang ke rumah, menungguku di jendela sehingga pagi untuk satu lagi hari, melewati jalan yang sama  dan menemukanmu lagi di sana.
Read More

PULANG

biarkan aku memulai perjalanan, setelah rinai hujan berhenti membisikkan kenangan di sela-sela rambutku yang gelisah, digoda angin  basah.

pohon-pohon menjulang, dambakan dekapan rindu dari langit suram, setelah gigil menikam begitu dalam.

aku coba mengingat tentang lupa yang kusimpan di hati, setelah gerimis kecil menangkap sepasang bola mataku, seperti ikan-ikan kecil yang meloncat dari kolam biru.

jalan-jalan di kota ini sudah tidak seperti dulu, lalu aku menukar pohon-pohon, mewarnakan kembali matahari dan memanggil semula angin yang pulang ke tubuh musim. Aku bangunkan kembali rinduku yang hilang di dalam hujan kemarin.

semuanya terganti, seperti yang aku ingini, puncak gunung dan langit itu masih perjalananku menuju rumah, meski dari tingkap mobil ini ia masih terlalu jauh dan seribu sepi harus kutempuh.

kau dan rindu sedang menunggu, tapi izinkan aku sudahi perjalanan ini dengan mengemas luka dan air mata itu,

"Sebelum Tuhan memberiku hati baru."
Read More

DI PERJALANAN

Di garis-garis rindu, ku maknai sepi yang merdu ...

Aku selesai menggantung layang-layang di langit, mengikat kuat matahari di semenanjung laut, ku kemas beberapa butir embun yang pecah, menyapu debu-debu yang singgah untuk kau dan kenangan pulang ke rumah.

Entah kapan kita memiliki cerita, hingga buku-buku yang terbuka mulai penuh halamannya, mimpi-mimpi mengilustrasi wajahmu, kubawa di perjalanan ini, menemani aku yang jenuh mengejar waktu, saling berlari dengan sunyi di stasiun, menyeret bagasi hidup yang ku kutip dari kamar semalam yang kutinggalkan bersama angka-angka kemarin di dinding tanpa lukisan.

Aku pergi kepadamu, meski entah di mana kau berada, di belahan bumi yang mana, aku tak pernah bertanya, karena sudah cukup rindu memberi isyarat kepada hati, menemukanmu nanti, walau barangkali di sana, kita kehilangan bulan dan matahari.

Ini perjalanan panjang yang musimnya akan ku genggam dalam pandangan, seribu padang ilalang, bertangkai-tangkai hujan dan sekeping senja di jendela sedang ku ceritakan pada kenangan.

Bila nanti, kereta ini berhenti ... aku ingin kau ada di sini, meski hanya sebagai sehelai puisi biarlah aku yang menjadi kata-katanya nanti ...
Read More