Beribu-ribu air mata
jatuh di telapak tanganku
seperti embun yang dilahirkan pagi
kemudian meronta menjadi hujan
di jalan-jalan sunyi
kesedihan kutemui
di jendela mata
sekeping kisah mendebar luka
memotong mimpi-mimpi
keping-keping tidur pun
terjaga di sudut kamar
menghitung angka-angka
tergeletak
di antara kau dan dia
siapa yang lebih mencinta
sembab
bulan di pucuk langit
mengatup rapat bibir lebam
lembap
dicium gerimis yang gugur
dari mata bintang
seperti gelagar kita semalam
di kota yang belum ada kenangan
setelah perpisahan