blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Wednesday, September 25, 2019

ISTIGHFAR UNTUK SEMUA


Oleh : Liza Wahyuninto



Kita belum benar-benar bersimpuh
Untuk semua salah yang selalu kita anggap biasa
Untuk semua dosa yang selalu kita anggap sepele
Untuk diri yang selalu merasa benar sendiri
Untuk pemikiran yang ingin menang sendiri
Untuk sikap yang selalu ingin dianggap paling hebat sendiri
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Kita belum benar-benar khusyu’
Untuk satu rakaat saja dari jutaan sholat yang kita dirikan
Untuk satu saja dzikir dari milyaran dzikir yang terucap di bibir
Untuk satu ayat saja dari entah sudah berapa kali Al-Quran hanya kita baca tanpa meresap di dalam hati
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Kita belum benar-benar ikhlas
Untuk satu rupiah pun yang kita sedekahkan pada manusia
Untuk satu pekerjaan apa saja yang diberikan diamanahkan pada kita
Untuk satu ibadah apa saja yang kita kerjakan yang katanya lillahi ta’ala
Untuk satu niat kebaikan saja yang ternyata masih terselip upah
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Tuhan yang maha pengasih
Pemberi kasih
Tanpa pilih kasih
Memuji diri akan kebesaran-Mu
Malu diri ini terus meminta, menggededor-gedor pintu-Mu berharap terkabul doa sedangkan Kau tengah mempersiapkan sesuatu yang istimewa
Malu diri ini tak sabar dengan ketentuan dan kehendak-Mu yang kalau Kau sudah berkehendak maka itu pasti adalah yang terindah
Malu diri ini mendikte setiap takdirmu yang seakan hamba lebih tahu dari Engkau
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Tuhan
Alangkah durhaka diri ini
Diberi orang tua tapi selalu disakiti hatinya
Meminta tak pernah mengukur usaha mereka
Memaksa harus ada tanpa tahu apa yang tengah mereka derita
Diberi keluarga tapi mencari kesenangan yang tak berguna
Menghambur-hamburkan biaya, usia hanya untuk sebuah dahaga
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Jujur, belum pernah diri ini sempurna berdzikir kepada-Mu
Jujur, belum pernah diri ini sholat dan hanya Engkau saja dalam ingatanku
Jujur, belum seharipun puasa yang kukerjakan dan hanya mengharap ridlomu
Jujur, belum pernah hanya Engkau saja tujuan dari tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan kalimat-kalimat indah memuji-Mu
Astaghfirullahal ‘adzhiim
Aku masih minta dipuji sebagai orang saleh
Aku masih minta dipuji sebagai ahli ibadah
Aku masih minta dipuji sebagai ahli dzikir
padahal pujianmu lebih indah daripada semua pepujian manusia di dunia
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Syetan masih saja berbisik halus pada kami
Untuk suatu jalan yang menjauhkan kami dari-Mu
Menggiring kami pada gelimang dosa dan akhirnya kami malu untuk kembali pada-Mu
Seakan kami Adam dijanjikan keabadian dengan Khuldi padahal itu menuju murka-Mu
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Saksikanlah,
Syetan ada dimana-mana
Di masjid saat kami sholat ia ada, menari di antara pikiran kami sehingga hilang nama-Mu di hati kami
Di mushola-mushola saat kami mengaji ia ada, menari di kedua mata kami menjelma kantuk tiada tara
Di majlis-majlis dzikir ia pun ada, bertengger di pundak kami agar kami berat untuk berlama-lama, di kaki kami agar kami merasa kram duduk lama, di pinggang kami agar kami geser kesana kemari, di pantat kami agar wudlu kami batal dan kami tak lama bersama-Mu
Dan bayangkan, syetan tak ada di mata kami saat kami di mall, di pasar-pasar, di toko perhiasan, di gegap gempitanya konser musik dan riuhnya antri menonton bioskop
Astaghfirullahal ‘adzhiim

Ya Allah, Ya Jabbar, Ya mutakabbir
Astaghfirullah untuk mata
Astaghfirullah untuk telinga
Astaghfirullah untuk hidung
Astaghfirullah untuk mulut dan lidah
Astaghfirullah untuk otak dan pemikiran
Astaghfirullah untuk hati
Astaghfirullah untuk kedua tangan
Astaghfirullah untuk kedua kaki
Astaghfirullah untuk perut
Astaghfirullah untuk kemaluan
Astaghfirullah Astaghfirullah Astaghfirullah


0 comments:

Post a Comment