blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Friday, April 10, 2020

TENTANG HUJAN, MALAM DAN MATAHARI

Aku melukis bulan di atas langit, persis purnama di kelopak hujan yang menyeramkan semalam, inginku sentuh dengan pejam, lalu membayangkan mu ada di depan mata, mengecup bibirku yang kehilangan asmara.

Kembali kucatat namamu, di kertas yang basah oleh luka, meski bukan hatiku di sana, tetap pedih yang sama kutahan, tak mampu bergumam, pelan-pelan kutelan jeritan.

Kenangan menjahit namamu, aku merasa rindu semula mengoyak air mata, sementara derai hujan pulang ke bilik sepi, berkongsi rahasia dengan mimpi, hingga pagi semula bercerita tentang luka ini pada matahari.

Tak pernah ada cara untukku bertahan, mengingatimu adalah jalan yang kupilih, meski pedih. Mencatat segala hal tanpa sengaja, seluruhmu yang masih aku; rindu.

Hujan, malam dan matahari kugubah menjadi lembar-lembar puisi yang kusimpan, di bagian paling sunyi; berkali-kali ia menggetarkan denyut nadi, kenanganmulah yang menggali aku kembali, pulang dari mati, untuk hidup lagi meski tanpa nyali.

0 comments:

Post a Comment