blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Wednesday, October 9, 2019

UNTUK PUTRI PURNAMA

Mulanya sabit kecil kepucatan
Sebelum bermetamorfosis purnama
Mengerling manja kepadamu
Keluhkan kesepian abadi tak berbintang
Mulanya hanya pungguk mengantuk
Diminta petikkan rembulan tuk sang putri
Menjadilah genderang ditabuh lantang
Hingga subuh menjemput pagi
Kemilau cahaya hanya sesekali di aura
Karna selalu urungkan niat tuk bersua
Tapi biarlah…
Setiap kisah selalu ada yang menuturkannya
Duhai merpati biru
Usah mengharu
Ini sekelabat bayang semu
Di isi jiwa jadi peluru
Duhai putri cahaya, penerjemah purnama
Jangan tunggu gerhana tiba
Ku takut gumintang memarah
Terjun ke bumi jadi musibah
Jangan ludahi etalase yang kau cipta
Ia kan jadi altar persembahan bagi jiwa
Biarlah menjadi beranda
Mungkin ku bisa pulas di lamannya
Bebaslah, ku tak ingin memasungmu
Jadilah merpati, dekat, lincah tapi sekelabat berlari
Berilah warna pada kanvasmu
Orang lain tak berhak menulis di sana
Perjumpaan lewat kata
Lebih menukil kisah berbekas
Karena ia bukan kenangan
Takkann terlupa, tapi mengemas sejarah
Ceritakan padaku tentang istanamu
Mungkin ku bisa mengayuh biduk di sungainya
Ku janji ku takkan menggores menara
Tak pula mencuri bunga di tamannya
Ku kan bersiul di atas permadani
Sampaikan pesan melalui sang bayu
Bila purnama ketiga berlalu
Nantikan hadirku sehari menjelang subuhnya
Sudah malam putri
Nyalakanlah lilin
Dan bila nanti kau dalam kegelapan
Kenanglah cahayanya
Ku kan menjadi rembulan di tengahnya

0 comments:

Post a Comment