blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Friday, April 10, 2020

SEORANG AKU

Pria itu yang raganya kau tumbuhkan dari rasa rindu yang menumpuk, lalu kau datanginya dengan cinta, kau buka dadamu, kau perlihatkan merah, ghairah, sehingga dia mulai dewasa dan mengeja-geja asmara dalam gelita.

Pria itu kau serupakan dengan musim, kau singgahi dan pergi atau kemudian kau ganti lewat hati, dia mulai berkenalan dengan luka dan beranjak ke negeri sepi, memeluk perasaannya sendiri, mengasuh mimpi-mimpi dikamar yang terkunci.

Pria itu seperti bangku sunyi, tiada lagi labuhan rindu atau angin merdu yang membawa pesanmu, daun-daun kering enggan berbunyi, jatuh dengan senyap dan membiarkan kenangan pergi, tak pernah hujan dari langit memanggilnya kembali.

Pria itu perlahan-lahan hancur, dia tidak mati, berkeping-keping ia menjadi puisi, selalu dibaca oleh air mata, helai-helai basah berserakan di lantai pustaka, sebuah jurnal koyak oleh masa lalu, tak tertulis olehmu,

"Setangkai aku, pria tanpa bunga di musim rindu."

0 comments:

Post a Comment