blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Friday, April 10, 2020

DI KOTA BIRU

Kusimpan lambaian terakhirmu di kota biru...

Sebelum kereta ini berjalan, berlembar-lembar surat telah menjadi sayap, pergi dari jendela dan terbang ke dalam udara, jatuh di sepatu dan mengikutmu pulang ke dalam kenangan itu.

Beberapa mil, rindu yang menghantam, nyaris tangkai jantung ku putus, ingin aku hentikan kereta ini dan berlari mengejarmu yang dibawa matahari ke rumah senja, meski di dindingnya jingga sudah tertanggal di sana, aku sudah lama mengutip warna-warna dari hati kita dan ku tambalkan di atas luka.

Segerombolan hujan, menitik pedih di atas bumbung kereta, ku bisikan percakapan mereka, tak satu pun tentang kita, hingga senja tenggelam di dalam tubuhku, aku merasa pipiku sedih digores air matamu.

Stasiun yang tak pernah sepi, begitu ramai kita berdiri, tak saling mengenali, cerita-cerita pergi yang tak kembali terduduk di kersi sunyi, nada-nada pilu bagai gesekan biola yang membunuh lagu, aku hanya merasakan dari dalam gerbong, beberapa potong doa yang koyak serta penantian yang tamat setelah memperkosa beribu hasrat.

Pun kita, sudah terlerai dalam bencana, begitu jauh mereka memasang jarak dan perbedaan, menaklukan logika dan alasan, hingga bunga-bunga rindu menangis saat berkembang.

Biarlah aku memilih jalan, meski cinta tak bisa menyatukan, kepergian tak lebih dari harapanku untuk melihatmu bahagia, karena aku tahu tidak mudah menyusun kata-kata,
di dalam sebuah algebra...

0 comments:

Post a Comment