blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Friday, April 10, 2020

YANG TAK PERNAH KEMBALI

Berandai-andai di sini, di bawah cahaya bulan yang mendesak rindu di pucuk-pucuk kayu, aku seperti layang-layang yang memetik pesan di tiap hembusan angin, menyimpannya di dalam saku, meski nanti ia tetap kosong meninggalkanku, seumpama kau dan waktu, mempermainkan hati, membiarkanku menebak rasa ini sendiri.

Melepaskanmu di puncak bukit, pergi mengikut matahari yang hilang diseparuh langit, aku sudah biasa berbaring helaian hari tanpa berharap kau kembali; wanita kenangan yang masih gagal kutulis dengan konsonan, masih gagal kueja dengan perkataan.

Kau angin, menyapa di setiap perjalanan, menyampaikan kabar tentang bunga dan ranting, mengantar benih musim ke dalam sajak-sajak yang selalu tenggelam di dalam mataku yang hujan.

Aku berharap sepi akan memberiku sayap, ingin melepaskan tubuhku yang seluruh dan mengirim sunyi ke langit tujuh, sebelum kembali menghitung pesan ditubuhmu, mendekap dadamu yang buku, mengulang-ngulang rindu di dalam cumbu, meski itu hanyalah mimpi yang selalu pagi, aku telah mencintaimu dengan hati,

"Menunggu Tuhan mengirimmu sekali lagi."

0 comments:

Post a Comment