blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Wednesday, September 25, 2019

GERIMIS MALAM

Oleh : Liza Wahyuninto

Basah, saat kaki ini memijak tangga terakhir, lorong-lorong banjir dan di bangku tunggu anak-anak hujan terkapai, jatuh ke lantai.

Muram, ada luka sedang mengeram, langit menjual airmatanya dengan harga kenangan, pelan-pelan ia datang, merayap di antara ruang sunyi yang belum kupenuhi dengan mimpi.

Meski malam enggan, angkuh membiar dingin merajam sum-sum ku, menyayat kulit tubuhku, lalu menaruh beku, darah seakan terhenti pada detak jantung paling sunyi, lirih mengadu pada diam paling hitam, kegelapan.

Aku pulang, menyongsong tubuh mereka yang menyerah pada malam. Menentang riuh pesta lampu yang nyinyir, tiang-tiangnya mentertawaiku, aku lewati semuanya tanpa percakapan. Gedung-gedung tinggi menunduk, masih terlalu kerdil diri ini saat tatapku mencapai bumbung, berkaca, serpihan gerimis seakan menikam mata, separuh buta.

Malam kulepaskan, ia bebas terbang, kutanggalkan sepasang kepak, aku tidak mungkin melayang, karena hati hanya ingin pulang, menikmati gerimis di jendela kamar, mencium aroma tubuhmu, bergumpal di dalam selimut biru sebagai sahur rindu untuk esok yang belum janjikan kita, temu.

0 comments:

Post a Comment