blog ini merupakan karya sastra yang berisikan kritik sastra, cerpen dan puisi

Wednesday, November 27, 2019

NOVEMBER YANG HUJAN


Pagi adalah perihal dingin rindu yang belum bisa aku selesaikan dalam selimut kenangan.

Langit belum hitam, namun bercak-bercak sedih memadam matahari tanpa terang. Awan terkulai di semenanjung, lembap mengayun bunga-bunga musim yang tercecer dari kantung.

Aku mengutip semula waktu yang jatuh dari dua bola matamu, menyinggahiku di seperempat musim itu, ketika bulu-bulu dan pelepah burung baru tumbuh, hujan melahirkan bayi-bayi mimpi di tanah kering, dibajak kemarau yang beradu dengan angin.

Singgahi aku!
Rindu menjerit di mulut luka yang masih nganga. Bercampur rintih hujan di jendela, cerita sepi tak pernah jeda, suara-suara diam menaruh raung dalam saku puisi yang tergantung di dalam almari kita.

Di sana, hatiku masih mengulang jalan yang sama, seperti merpati-merpati yang pergi dan kembali, membaca pesan dari hujan dan matahari, hingga musim berganti, November mati, pun aku dan rindu tak pernah lagi saling memiliki.

0 comments:

Post a Comment