pagi sedang meraba matahari di pucuk langit yang kembali muda,
rindu seperti burung-burung yang bersayap perak, hilang dalam silau cahaya,
laut menggigil perlahan, menunggu ombak sampai ke tepian, mencuri sedikit dekap dengan pasir dan menghilangkan jejak-jejak yang kupanggil
deru angin dan suara ombak saling merayu, sampai ke telingaku begitu sedih dan menyayat, seperti lolongan hati yang carik halkumnya, terkoyak
matahari yang tidak bertangkai, langit tanpa jendela, laut yang tiada jalan, kapal-kapal hilang...
kini kisah aku dan dia ada dalam semesta, meski tak bisa kusentuh, tetap terasa, seperti pagi, langit, matahari, laut dan jalanan ini yang menjadi saksi pada hatiku yang masih gagah berdiri...
0 comments:
Post a Comment